Senin, 22 November 2010

BAB I
PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan jaman, kegiatan manusia semakin bermacam-macam ragamnya sesuai dengan perkembangan teknologi yang pesat. Dengan adanya kegiatan manusia yang beragam tersebut, maka perlu ditunjang alat transportasi untuk mempermudah kegitan manusia itu sendiri. Alat transportasi dapat membuat pergerakan lalu lintas lebih cepat, nyaman, aman dan terintegrasi. Sarana transportasi (alat pengangkutan) juga berkembang mengikuti kondisi jaman yang ada seperti adanya teknologi baru, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan struktur sosial masyarakat.
Alat transportasi sangat berpengaruh pada pengembangan wilayah serta pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Peran transportasi juga menunjang sasaran pembangunan serta hasilnya. Alat transportasi akan mendorong peningkatan pembangunan ekonomi di suatu wilayah karena diantara keduanya mempunyai hubungan timbal balik yang saling melengkapi.
Pengembangan wilayah juga harus terintegrasi dengan adanya pengembangan transportasi karena antara perencanaan pengembangan wilayah saling mempengaruhi dan berhubungan dengan adanya pengembangan sistem transportasi. Dengan adanya pengembangan disuatu wilayah akan menciptakan suatu sistem transportasi yang baru sebagai alat untuk menuju wilayah tersebut dan demikian pula sebaliknya jika adanya pembuatan sistem transportasi baru maka akan memicu pembangunan wilayah-wilayah yang dilalui transportasi tersebut. Oleh karena itu, sistem transportasi di Indonesia harus direncanakan secara terkoordinasi dan terpadu sesuai dengan kebutuhan manusia mendatang (sustainable transportation).
Dalam pengembangan sistem transportasi juga diperlukan inovasi baru dalam penyusunan tatanan transportasi di negara Indonesia. Semakin pesat perkembangan sistem transportasi maka semakin banyak masalah kemacetan yang timbul serta masalah-masalah transportasi lainnya. Maka dari itu perlu adanya inovasi baru untuk menunjang perkembangan sistem transportasi di negara Indonesia ini untuk meminimalisir masalah-masalah yang timbul akibat hal tersebut.
Transportasi bagi setiap manusia pun merupakan sebuah perasaan yang dilema. Di satu sisi manusia dihadapkan pada kebutuhan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kendaraan bermotor menjadi pilihan utama mereka karena lebih cepat dan efektif sebagai sarananya. Di sisi lain, manusia juga dihadapkan pada kondisi dimana harus segera dilakukan pengubahan pola hidup, yaitu meminimalisir bahkan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang mempunyai efek pada global warming sehingga tiada pilihan selain meminimalisir bahkan bisa sampai pada meniadakan penggunaan kendaraan bermotor dalam kehidupan manusia. Solusi atau jalan tengah melihat kedilemaan manusia dengan tetap menggunakan kendaraan bermotor sebagai sarana kebutuhan perpindahan manusia. Akan tetapi tidak bisa jika tetap menggunakan kendaraan bermotor seperti sekarang yang gas buangnya mengandung gas-gas beracun yang dapat merusak lingkungan. Maka dari itu perlu pengembangan sistem transportasi yang ramah lingkungan sebagai transportasi yang berkelanjutan.
Dengan adanya permasalahan transportasi yang sedemikian parah maka pemerintahan harusnya mulai menerapkan sistem transportasi berkelanjutan (sustainable transportation). Sistem transportasi yang berkelanjutan merupakan suatu sistem transportasi yang dapat memberdayakan aksesibilitas semaksimal mungkin dengan dampak negatif yang seminimal mungkin. Bukan hanya sekedar alat transportasi yang dioperasikan dalam waktu dekat tapi juga mempunyai dampak paling minimal di masa mendatang. Sistem transportasi yang berkelanjutan harus memperhatikan setidaknya tiga komponen penting, yaitu aksesibilitas, kesetaraan dan dampak lingkungan. Upaya aksesibilitas dengan perencanaaan jaringan transportasi dan keragaman alat angkutan dengan tingkat integrasi yang tinggi antara satu sama lain.
Upaya kesetaraan melalui penyelenggaraan transportasi yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat, menjunjung tinggi persaingan bisnis yang sehat dan pembagian penggunaan ruang dan pemanfaatan infrastruktur secara adil serta transparansi dalam setiap pengambilan kebijakan. Upaya pengurangan dampak negatif melalui penggunaan energi ramah lingkungan, alat angkut yang paling sedikit menimbulkan polusi dan perencanaan yang memprioritaskan keselamatan pengguna. Sistem ini akan lebih mudah terwujud pada sistem transportasi yang berbasis pada penggunaan angkutan umum dibandingkan dengan sistem yang berbasis pada penggunaan kendaraan pribadi.
Dengan demikian transportasi berkelanjutan membutuhkan konsep yang benar-benar tertata dan mampu menjadi ukuran yang jelas mengenai arah dan strategi transportasi ke masa depan. Salah satu upaya untuk menjalankan visi dan misi tranportasi berkelanjutan yaitu dengan menggalakkan program Green Transport sebagai cara untuk mengurangi masalah transportasi di negara Indonesia ini. Green Transport juga merupakan salah satu upaya untuk mengurangi dampak global warming, yaitu mengurangi gas buang dari moda transportasi.
Sarana transportasi yang dikembangkan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat transportasi seperti polusi udara umumnya mengarah pada penggunaan kendaraan tidak bermotor maupun penggunaan bahan bakar terbarukan seperti sinar matahari, listrik, dan lain-lain. Namun, untuk saat ini, kendaraan berbahan bakar energi alternatif tersebut masih sedikit dan harganya pun mahal sehingga hanya bisa dijangkau oleh kalangan tertentu. Dengan demikian Green Transport masih terhambat penerapannya. Baik dari sisi teknologinya dan karena harganya yang masih di atas rata-rata.
Untuk menunjang adanya Green Transport tersebut sebagai mahasiswa yang identik dengan julukan kaum terpelajar dapat concern dengan hal-hal yang memengaruhi kehidupan manusia untuk masa akan datang. Sebab, mahasiswa lah sang ilmuan dan teknolog masa depan. Di tangan mahasiswa lahir berbagai produk yang bermanfaat untuk kehidupan manusia, termasuk sarana transportasi. Mahasiswa diharapkan mampu menciptakan berbagai teknologi yang melahirkan berbagai produk kendaraan ramah lingkungan (Green Transport).
Banyak hal yang bisa dilakukan mulai dari sekarang. Mahasiswa-mahasiswa yang memiliki idealisme sama dapat membentuk komunitas-komunitas yang concern terhadap pentingnya kendaraan ramah lingkungan ini. Melalui komunitas tersebut dengan bekal ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dapat dilakukan riset-riset sederhana dengan memberikan alternatif-alternatif transportasi yang ramah lingkungan. Bahkan, dari tangan mahasiswa bisa lahir produk kendaraan yang ramah lingkungan tersebut. Seperti contohnya yaitu yang dilakukan Tim Semart (Shell Eco Marathon Gadjah Mada Racing Team) yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswa UGM yang berhasil membuat mobil ramah lingkungan dan hemat bahan bakar (dinamakan mobil Semar) pada bulan Maret 2010 yang lalu.
Dengan demikian adalah hal yang memungkinkan sekali untuk diciptakan berbagai produk lainnya yang bisa jadi lebih ramah lingkungan. Dengan bekal idealisme yang telah ditanam kuat ketika masih berstatus sebagai mahasiswa terkait urgensi global warming ini ke depannya ketika telah menjadi ilmuwan akan diciptakan berbagai produk Green Transport yang selain memiliki teknologi maju, harganya pun dapat dijangkau khalayak ramai sehingga tidak perlu cemas lagi untuk meminimalisir adanya masalah-masalah akibat dari transportasi di negara Indonesia ini.
Oleh karena itu sebagai mahasiswa harusnya senantiasa menguatkan idealismenya. Khususnya terkait urgensi Green Transport di tengah global warming dalam era ini. Dan, yang lebih penting juga adalah kompeten terhadap bidangnya masing-masing sehingga kemudian mampu berkontribusi banyak atas masalah global yang dihadapi bersama ini. Transportasi masa depan diharapkan bukan hanya transportasi yang bertujuan untuk memindahkan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat, aman, dan nyaman saja. Akan tetapi dengan adanya transportasi yang lebih hijau, maka akan lebih peduli terhadap lingkungan.


BAB II
TINJAUAN TEORI

Keberlanjutan hal yang sangat penting untuk menunjang kebutuhan manusia di masa datang yang lebih baik. Maka dari itu, untuk membentuk suatu perencanaan wilayah yang lebih baik perlu ditunjang dengan adanya sistem keberlanjutan. Semakin berkembangnya wilayah maka hal yang menjadi sorotan permasalahan di negara Indonesia yaitu sistem transportasi. Sehingga untuk dapat mengurangi dampak-dampak yang terjadi akibat pesatnya transportasi perlu adanya penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan (sustainable transportation).

A.Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, transportasi ialah pengangkutan barang oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi. Secara khusus pengertian transportasi ialah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan pengertian keberlanjutan ialah suatu hal yang dikembangkan dengan dampak positif yang semaksimal mungkin serta dampak negatif yang seminimal mungkin untuk masa yang akan datang. Jadi pengertian transportasi berkelanjutan merupakan sebuah konsep yang dikembangkan sebagai suatu antithesis terhadap kegagalan kebijakan, praktek dan kinerja sistem transportasi yang dikembangkan selama kurang lebih 50 tahun terakhir.
Istilah transportasi berkelanjutan sendiri berkembang sejalan dengan munculnya terminologi pembangunan berkelanjutan pada tahun 1987 (World Commission on Environment and Development, United Nation). Secara khusus transportasi berkelanjutan diartikan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan mobilitas transportasi generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya.
OECD (1994) juga mengeluarkan definisi yang sedikit berbeda yaitu:
Transportasi berkelanjutan merupakan suatu transportasi yang tidak menimbulkan dampak yang membahayakan kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat memenuhi kebutuhan mobilitas yang ada secara konsisten dengan memperhatikan:
(a) penggunaan sumberdaya terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat regenerasinya; dan
(b) penggunaan sumber daya tidak terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat pengembangan sumberdaya alternatif yang terbarukan.

B.Prinsip Sistem Transportasi Berkelanjutan
Menurut A.R. Barter dan Tamim Raad dalam bukunya Taking Steps: A Community Action Guide to People-Centred, Equitable and Sustainable Urban Transport menyebutkan, bahwa sistem transportasi berkelanjutan harus memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Aksesibilitas untuk semua orang
Sistem transportasi yang berkelanjutan harus dapat menjamin adanya akses bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk para penyandang cacat, kanak-kanak dan lansia, untuk mendapatkan paling tidak kebutuhan dasarnya seperti kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Kesetaraan sosial
Sistem transportasi selayaknya tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat tingkat atas, yaitu dengan mengutamakan pembangunan jalan raya dan jalan tol semata. Penyediaan sarana angkutan umum yang terjangkau dan memiliki jaringan yang baik merupakan bentuk pemenuhan kesetaraan sosial, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan transportasi yang diberikan.
3. Keberlanjutan lingkungan
Sistem transportasi harus seminimal mungkin memberikan dampak negative terhadap lingkungan. Oleh karena itu, sistem transportasi yang berkelanjutan harus mempertimbangkan jenis bahan bakar yang digunakan selain efisiensi dan kinerja dari kendaraan itu sendiri. Kombinasi dan integrasi dengan moda angkutan tak bermotor, termasuk berjalan kaki, dan moda angkutan umum (masal) merupakan upaya untuk mempertahankan keberlanjutan lingkungan
dengan meminimalkan dampak lingkungan.
4. Kesehatan dan keselamatan
Sistem transportasi yang berkelanjutan harus dapat menekan dampak terhadap kesehatan dan keselamatan. Secara umum, sekitar 70% pencemaran udara dihasilkan oleh kegiatan transportasi dan ini secara langsung, maupun tidak langsung, memberikan dampak terhadap kesehatan terutama terhadap sistem pernafasan. Di sisi lain, kecelakaan di jalan raya mengakibatkan kematian sekitar 500 ribu orang per tahun dan mengakibatkan cedera berat bagi lebih dari 50 juta lainnya. Jika hal ini tidak ditanggulangi, dengan semakin meningkatnya aktivitas transportasi dan lalu lintas akan semakin bertambah pula korban yang jatuh.
5. Partisipasi masyarakat dan transparansi
Sistem transportasi disediakan untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus diberikan porsi yang cukup untuk ikut menentukan moda transportasi yang digunakan serta terlibat dalam proses pengadaannya. Bukan hanya masyarakat yang telah memiliki fasilitas seperti motor atau mobil yang dilibatkan, melainkan juga mereka yang tidak memiliki fasilitas namun tetap memerlukan mobilitas dalam kesehariannya. Partisipasi ini perlu terus diperkuat agar suara mereka dapat diperhitungkan dalam proses perencanaan, implementasi dan pengelolaan sistem transportasi kota. Transparansi merupakan satu hal penting yang tidak boleh ditinggalkan. Keterbukaan dan ketersediaan informasi selama proses merupakan penjamin terlaksananya sistem yang baik dan memihak pada masyarakat.
6. Biaya rendah dan ekonomis
Sistem transportasi yang berkelanjutan tidak terfokus pada akses bagi kendaraan bermotor semata melainkan terfokus pada seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, sistem transportasi yang baik adalah yang berbiaya rendah (ekonomis) dan terjangkau. Dengan memperhatikan faktor ini, bukan berarti seluruh pelayanan memiliki kualitas yang sama persis. Beberapa kelas pelayanan dapat diberikan dengan mempertimbangkan biaya operasi dan keterjangkauannya bagi kelas masyarakat yang dituju. Bukan biaya rendah yang menjadi kunci semata melainkan ekonomis dan keterjangkauannya.
7. Informasi
Masyarakat harus terlibat secara aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengelolaan sistem transportasi. Untuk itu, masyarakat harus memahami latar belakang pemilihan sistem transportasi serta kebijakannya. Ini juga merupakan bagian untuk menjamin proses transparansi dalam perencanaan, implementasi dan pengelolaan transportasi kota.
8. Advokasi
Advokasi merupakan komponen penting untuk memastikan terlaksananya sistem transportasi yang tidak lagi memihak pada pengguna kendaraan bermotor pribadi semata melainkan memihak pada kepentingan orang banyak. Advokasi dapat dilakukan oleh berbagai pihak dan dalam berbagai bentuk. Penguatan bagi pengguna angkutan umum misalnya, akan sangat membantu dalam mengelola sistem transportasi umum yang aman dan nyaman.
9. Peningkatan kapasitas
Pembuat kebijakan dalam sektor transportasi perlu mendapatkan peningkatan kapasitas untuk dapat memahami paradigma baru dalam pengadaan sistem transportasi yang lebih bersahabat, memihak pada kepentingan masyarakat dan tidak lagi tergantung pada pemanfaatan kendaraan bermotor pribadi semata.
10. Jejaring kerja
Jejaring kerja dari berbagai stakeholder sangat diperlukan terutama sebagai ajang bertukar informasi dan pengalaman untuk dapat menerapkan sistem transportasi kota yang berkelanjutan.

C.Kriteria Transportasi Berkelanjutan

Transportasi merupakan kebutuhan publik yang berpengaruh pada perkembangan wilayah, maka satu hal yang perlu diperbaiki serta dikembangkan ialah faktor pelayanan dari transportasi tersebut. Oleh karena itu dengan mempertimbangkan kebutuhan tersebut, maka mobilitas dan akses masyarakat yang ideal harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut (Asdep Emisi KLH) :
1. Kebijakan dan Peraturan
Pemerintah daerah harus menerapkan kebijakan sosial dan kebijakan teknis yang dapat mengembangkan pola transportasi nasional yang dapat melayani kebutuhan masyarakat secara baik dan terpadu. Kebijakan sosial pemerintah memiliki dampak terhadap sistem transportasi nasional dan industri transportasi itu sendiri. Kebijakan yang dituangkan dalam peraturan yang mendukung bagi transportasi berwawasan lingkungan, meliputi:
•Kebijakan tentang master plan sistem transportasi yang harus disesuaikan dengan tipologi lingkungan dan budaya setempat dan sesuai dengan kaidahkaidah transportasi.
•Penetapan batas ambang kualitas udara dan kebisingan, dilengkapi hasil monitoring kualitas udara dan kebisingan. Pemerintah pusat jika perlu mengembangkan sistem informasi kualitas udara dan kebisingan di seluruh penjuru Indonesia, dan masyarakat dapat mengaksesnya dengan mudah.
•Dalam setiap pembangunan infrastruktur jalan, perlu disyaratkan penanaman pohon di sepanjang pinggir jalan untuk menyerap polusi dan menahan kebisingan.
•Pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi (mobil dan motor) untuk setiap keluarga.
•Adanya peraturan tentang zona pembatasan kendaraan dan peningkatan biaya parker.
•Adanya kebijakan dalam hal mengembalikan biaya eksternalitas kepada pencemar (pengguna kendaraan pribadi bisa dalam bentuk pajak lingkungan). Beban pencemaran tidak lagi ditanggung oleh publik namun oleh pencemar dan digunakan kepada masyarakat dalam bentuk tunjangan kesehatan atau lainnya.
2. Penerapan standar pelayanan minimum angkutan umum
Penerapan sistem layanan transportasi umum harus diselaraskan dengan standar pelayanan minimum dan ditujukan untuk pengangkutan dalam jumlah banyak dan cepat dan menjadi daya tarik bagi pengguna kendaraan pribadi beralih ke moda angkutan umum. Pelayanan ini dilakukan melalui:
•Pelayanan angkutan umum, meliputi:
1. Kenyamanan, keselamatan, keamanan, dan ketepatan waktu
2. Pelaksanaan uji berkala angkutan umum
Sistem Pengujian Kendaraan Bermotor (kelaikan jalan dan persyaratan teknis kendaraan umum) yang efektif meliputi mekanisme pengawasan, pemantauan, dan evaluasi kinerja PKB harus diterapkan secara konsisten.
•Sistem angkutan massal, yang akan memberikan layanan dan kemudahan akses bagi masyarakat untuk mencapai tujuannya. Sistem angkutan massal dapat berupa bus, trem, Mass Rapid Transit (MRT), car pooling (feeder bus), mono rel, Kereta Listrik dan lain-lain. Sistem agkutan massal bertenaga listrik mempunyai keunggulan, yaitu pemakaian listrik tidak mencemari jalur lalu lintas yang dilalui, tetapi akan lebih terkendali atau terlokalisasi di tempat pembangkitan listrik saja. Meskipun bagi kota-kota kecil mungkin belum memerlukan angkutan massal saat ini, namun untuk perencanaan ke depan yang memperhitungkan perencanaan pengembangan wilayah dan pertumbuhan populasi, sistem angkutan massal ini harus diakomodasi dalam perencanaannya, terutama bagi pengembangan jaringannya.
•jalan satu arah
•road pricing
•pengaturan kelas jalan
Transportasi umum harus dikembalikan lagi sebagai layanan publik yang bila perlu harus disubsidi oleh pemerintah, sehingga semua komponen masyarakat akan terlayani angkutan publik dengan baik dengan harga yang terjangkau. Hal ini akan menjadi aset tersendiri bagi pemerintah, dengan adanya sistem angkutan publik yang memadai.
3. Non motorised transport.
Memperhatikan kemampuan pejalan kaki untuk orang Indonesia, penderita cacat anak sekolah dan orang tua. Hal ini sangat penting bagi pengambilan keputusan setiap individu untuk memilih moda transportasi yang sesuai untuk dirinya. Sebagai contoh, kekuatan normal pejalan kaki untuk aktivitas harian adalah 0.5 km dalam satu perjalanan, maka sistem transportasi yang dikembangkan harus menjangkau pengguna transportasi. Oleh karena itu butir 2 di atas sangat penting artinya bagi pengembangan sistem transportasi. Jika pengguna transportasi umum harus berjalan diluar jangkauannya ataupun tidak mendapatkan fasilitas yang sesuai, maka individu-individu akan memilih kendaraan pribadi. Akumulasi individu-individu ini yang menciptakan kemacetan lalulintas. Integrasi antara sistem angkutan massal dan angkutan lokal dapat diharmonisasikan. Selain itu penyediaan fasilitas jalan dan penyebrangan bagi para pejalan kaki, orang cacat dan sepeda harus disediakan (asas keadilan).
4. Jumlah dan jenis angkutan umum
5. Infrastruktur jalan.
Pada saat ini yang lebih dikembangkan adalah jaringan jalan raya, sedangkan jaringan yang berbasis rel hampir tidak ada pengembangan, malah ada penyusutan dibandingkan jaman penjajahan Belanda (penutupan operasi sebagian jalur KA). Pembangunan yang berorientasi keuntungan semata (profit oriented) seperti pengembangan jalan tol, secara tidak langsung memicu pertumbuhan kendaraan bermotor, untuk menikmati kenyamanan berkendaraan. Jaringan tol telah membuka akses baru, dan memunculkan sistem transportasi yang cenderung
tidak dapat dibendung jumlahnya.
6. Ekonomi dan biaya rendah.
Menghentikan atau menyurutkan langkah liberalisasi di bidang transportasi dan keuangan, yang nyata-nyata telah menciptakan collaps nya sistem transportasi kita. Terlalu banyak rencana didominasi oleh mega proyek yang mahal. Kebijakan transportasi berkelanjutan sangat rendah biaya dan termasuk pembatasan terhadap moda transportasi termahal seperti mobil pribadi. Kemudahan pembelian mobil atau motor pribadi melalui kemudahan kredit seperti leasing telah mendorong tumbuhnya kendaraan pribadi secara cepat dan mencengangkan. Secara individu, para pengguna motor roda dua lebih untung secara finansial karena dapat menghemat dibandingkan menggunakan angkutan umum. Persepsi inilah yang harus dirubah untuk menciptakan sistem transportasi yang ramah lingkungan. Penggunaan motor roda dua sebagai moda transportasi bukanlah pilihan yang baik, karena sangat tinggi risiko keselamatannya. Hal ini yang sekarang menjadi problem besar di perkotaan.
7. Pengembangan jaringan dan moda transportasi yang bersifat preventif akan lebih baik dari pada yang bersifat counter action (kuratif).
8. Perencanaan sistem transportasi kota terintegrasi dengan pengembangan wilayah/tata ruang.
9. Teknologi transportasi (bahan bakar, teknologi mesin, teknologi reduksi , daya
angkut).
•Pemakaian bahan bakar ramah lingkungan (Biofuel, gas, dsb.)
•Penggunaan teknologi mesin
•Penggunaan teknologi untuk mengontrol emisi gas buang
•Daya angkut
10. Penguatan budaya melalui sosialisasi penggunaan angkutan umum. Saat ini penggunaan mobil pribadi masih dianggap mempunyai nilai prestisius yang tinggi, sementara penggunaan angkutan umum masih dianggap rendah dalam stratifikasi budaya.

D.Isu-Isu dalam Transportasi Berkelanjutan
Beberapa isue penting yang menjadi dasar dalam menciptakan transportasi berkelanjutan (wikibooks), yaitu:
1.Aksesibilitas bukan mobilitas
Bahwa yang perlu disediakan adalah bagaimana menciptakan aksesibilitas khususnya terhadap aksesibilitas terhadap penggunaan angkutan umum, bukan terhadap pengguna angkutan pribadi. Dengan demikian akan mendorong pengguna kendaraan pribadi untuk menggunakan angkutan umum dengan langkah-langkah membatasi akses terhadap parkir kendaraan pribadi.
2.Transportasi orang bukan kendaraan pribadi
Salah satu prinsip penting yang perlu didorong adalah bagaimana kebijakan harus diarahkan untuk menciptakan keberpihakan terhadap pelayanan angkutan orang yang menggunakan angkutan umum dan kebijakan yang tidak mendukung penggunaan kendaraan pribadi dan menyulitkan masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi.
3.Manfaatkan lahan untuk kepentingan umum
Lahan perkotaan sebaiknya digunakan seluas-luasnya untuk kepentingan masyarakat bukan untuk jalan bagi kendaraan pribadi, ataupun untuk tempat parkir, tetapi lebih banyak digunakan untuk tempat berjalan kaki, membangun kawasan pejalan kaki, bersepeda ataupun tempat bermain untuk anak-anak yang lebih ramah terhadap lingkungan serta bisa menurunkan angka kecelakaan secara nyata.
4.Hentikan subsidi untuk kendaraan pribadi
Subsidi untuk kendaraan pribadi sangatlah besar, khususnya subsidi yang diberikan pemerintah untuk bahan bakar, untuk pembangunan infrastruktur jalan, membangun tempat parkir maupun prasarana lain untuk mendukung penggunaan kendaraan pribadi yang tidak efisien. Subsidi ini sebaiknya malah dialokasikan untuk membangun angkutan umum dan mendukung operasional angkutan umum yang lebih efisien dalam penggunaan ruang, penggunaan bahan bakar dan sumber daya lainnya.

E.Strategi penerapan transportasi berkelanjutan

Dalam penerapan transportasi terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menuju negara yang ramah lingkungan (wikibooks), yaitu:
1.Mengurangi kemacetan
Semakin berkembang nya sistem transportasi, maka semakin banyak pula masalah kemacetan yang timbul di negara Indonesia. Strategi untuk mengurangi kemacetan dapat dilakukan dengan:
•Informasi transportasi dan manajement
•Managemen mobilitas
•Pembatasan akses
•Promosi angkutan umum
•Distribusi barang dan logistik
•Manajemen parkir
•Road pricing
2.Menurunkan penggunaan energi dan emisi gas buang.
Dengan banyaknya kendaraan sebagai alat transportasi, maka gas buang yang dihasilkan juga semakin meningkat serta energi yang dibutuhkan juga semakin bertambah tetapi dengan sumber daya alam yang terbatas dapat menyebabkan kelangkaan untuk masa yang akan datang. Dengan meningkatnya gas buang tersebut dapat mengakibatkan lubangnya lapisan ozon dalam jangka panjang sehingga bumi tidak menjadi ramah lingkungan lagi. Sehingga dalam menurunkan penggunaan energi dan emisi gas buang dapat dilakukan dengan:
•Manajemen mobilitas.
•Promosi penggunaan sepeda dan kendaraan tidak bermotor.
•Car pooling.
•Bahan bakar yang bersih dan berwawasan lingkungan seperti penggunaan bahan bakar nabati, bahan bakar gas, kendaraan listrik serta kendaraan yg bersih lainnya seperti hibrida.
•Promosi angkutan umum yang lebih gencar agar pemakai kendaraan pribadi mau beralih ke angkutan umum.
•Penerapan retribusi pengendalian lalu lintas serta berbagai kebijakan tarif dan fiskal lainnya.
3.Penurunan emisi lokal dan peningkatan kualitas hidup dipusat kota dapat dilakukan dengan:
•Pembatasan akses
•Distribusi barang dan logistik
•Manajemen parkir
4.Peningkatan efisiensi transportasi dapat dilakukan dengan:
•Integrasi angkutan multi modal
•Manajemen mobilitas
•Promosi penggunaan sepeda
•Car pooling
•Pembatasan akses
•Promosi penggunaan angkutan umum
•Road pricing
5.Meningkatkan daya saing angkutan umum terhadap kendaraan pribadi.
Semakin banyak orang yang menggunakan angkutan umum, maka dapat meminimalisir terjadinya kemacetan selain itu gas emisi buang yang dihasilkan juga dapat terminimalisir. Meningkatkan daya saing angkutan umum dan pribadi dapat dilakukan dengan:
•Sistem informasi transportasi
•Integrasi angkutan multi moda
•Manajemen mobilitas
•Car pooling
•Pembatasan akses
•Promosi penggunaan angkutan umum
•Road pricing
6.Kurangi tekanan parkir dapat dilakukan dengan:
•Mendorong penggunaan sepeda
•Carr pooling
•Manajemen mobilitas
•Manajemen parkir

F.Green Transport sebagai Transportasi Berkelanjutan
Transportasi hijau atau biasa disebut dengan Green Transport merupakan perangkat transportasi yang berwawasan lingkungan. Transportasi hijau merupakan pendekatan yang digunakan untuk menciptakan transportasi yang sedikit atau tidak menghasilkan gas rumah kaca.
Gas rumah kaca merupakan salah satu penyebab global warming selama ini. Sedangkan gas rumah kaca yang berasal dari transportasi berada pada kisaran 15 sampai 20 persen (wikibooks).

1.Cara menciptakan Transportasi Hijau (Green Transport).
Upaya untuk menciptakan transportasi hijau dapat ditinjau dari bahan bakar dan kendaraannya.

a.Bahan bakar hijau
Bahan bakar hijau yang bisa digunakan dalam transportasi meliputi:
•Listrik, merupakan bahan bakar yang yang mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang minim, apalagi bila menggunakan sumber dari tenaga air, angin, sel surya ataupun nuklir. Listrik ideal digunakan untuk transportasi yang melalui jalur tetap seperti Bus Listrik, Kereta rel listrik (KRL), tetapi selain itu saat ini sudah diperkenalkan mobil/motor yang digerakkan dengan listrik yang disimpan dalam batere.
•Bahan bakar nabati, merupakan bahan bakar yang diolah dari bahan-bahan nabati, dapat diperoleh dari Minyak Nabati, ataupun alkohol, ataupun dalam bentuk padat. Minyak nabati seperti minyak jarak, minyak kelapa sawit digunakan untuk campuran minyak diesel yang diberi nama BioDiesel, sedang alkohol yang berasal dari hidrat arang dari tetes tebu ataupun lainnya dicampurkan ke bahan bakar premium/pertamax yang diberi nama BioPertamax di Indonesia.
•Sel bahan bakar, merupakan konsep baru yang dikembangkan dimana prosesnya adalah penggunaan gas H2 yang direaksikan dengan O2 yang menghasilkan air dan listrik, listrik yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan kendaraan. Selain gas H2 juga bisa digunakan gas methan. Permasalahan yang ditemukan pada kendaraan yang berbahan bakar H2 adalah belum adanya jaringan stasiun pengisian bahan bakar gas hidrogen.
•Bahan bakar gas, dapat berupa LPG (liquefied Petroleum Gas) ataupun CNG (Compressed Natural Gas) yang saat ini sudah digunakan untuk angkutan bus TransJakarta di Jakarta, sumber gasnya terdapat dibeberapa daerah di Indonesia yang ditransportasi melalui pipa dan tangki bertekanan.













Bus Transjakarta yang menggunakan bahan bakar gas.


b.Kendaraan hijau
Kendaraan yang ramah lingkungan seperti mobil listrik, kendaraan hibrida yang merupakan gabungan antara mesin mobil konvensional yang menggerakkan generator yang mengisi baterai dan kendaraannya sendiri dijalankan dengan motor listrik. Tetapi terdapat kendala yang yang dihadapi harga kendaraan tersebut yang relatif mahal, sehingga di banyak negara diberikan berbagai insentif bila menggunakannya diantaranya penurunan bea masuk, pajak kendaraan bermotor yang lebih rendah, pembebasan pembayaran retribusi pengendalian lalu lintas seperti di London.
Toyota merupakan salah satu produsen mobil yang giat menciptakan kendaraan yang hemat bahan bakar, salah satu diantaranya adalah Toyota Prius yang kemudian diikuti dengan produsen lainnya di Jepang maupun negara-negara Eropa dan Amerika.











Toyota Prius salah satu mobil yang ramah lingkungan


2.Infrastruktur cerdas (Intelligent Transport System).
Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk menghemat bahan bakar adalah menggunakan infrastruktur cerdas yang dikenal sebagai Intelligent Transport System, dimana semua pengaturan lalu lintas dilakukan dengan cerdas dengan menggunakan paket program transportasi dan lalu lintas yang bisa mengoptimalkan penggunaan infrastruktur. Sistem ini selain dapat menghemat penggunaan bahan bakar juga akan menurunkan angka kecelakaan termasuk menurunkan stress pada pengemudi.
3.Angkutan umum.
Salah satu pendekatan yang banyak didorong pada kota besar adalah pengembangan angkutan massal atau angkutan umum maka dari itu akan lebih baik bila dikaitkan dengan tata ruang. Sehingga angkutan tersebut harusnya bisa melayani pada pusat-pusat kegitan. Ukuran alat angkut yang digunakan harus disesuaikan dengan permintaan angkutan yang ada, jika permintaannya besar maka sebaiknya digunakan kereta api kota atau trem. Hal tersebut dapat mendorong masyarakat agar tidak banyak menggunakan kendaraan pribadi sehingga dapat meminimalisir potensi kemacetan serta mengurangi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan pribadi.
4.Konsumsi bahan bakar moda angkutan.
Pada setiap kendaraan jumlah konsumsi bahan bakar berbeda-beda. Hal tersebut dapat mempengaruhi gas emisi yang dihasilkan. Konsumsi bahan bakar pada beberapa moda transportasi dijelaskan sebagai berikut.











Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca adalah dengan menggunakan kendaraan yang lebih besar sepanjang faktor muatannya tinggi, bila faktor muatannya rendah maka emisinya akan menjadi tinggi per km orangnya. Langkah yang penting yang perlu didorong adalah bagaimana mengalihkan masyarakat dari kendaraan yang konsumsi bahan bakar per orang yang diangkut paling kecil. Angka ini akan menjadi lebih tinggi jika kecepatan lalu lintas menurun karena kemacetan lalu lintas. Kemacetan merupakan masalah sehari-hari dikota-kota besar, yang cenderung mengakibatkan emisi GRK yang lebih tinggi daripada jika jalannya lancar.


BAB III
ULASAN

A.Transportasi Berkelanjutan
Transportasi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan atau lebih familiar disebut sebagai EST (Environment Sustainable Transport) seringkali dibahas dibanyak seminar transportasi dan lingkungan. EST berkaitan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dan sumber daya alam (dalam hal ini : bahan bakar minyak). Seperti diketahui bahwa emisi dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor sangat memberikan kontribusi pada kerusakan global dan lokal terhadap ekosistem dan kesehatan manusia. Masalah lain yang berhubungan dengan kendaraan bermotor adalah kecelakaan lalu lintas, tingkat kebisingan yang tinggi yang membahayakan kesehatan manusia, dan pola pemanfaatan lahan yang mengganggu habitat, pola migrasi, dan integritas ekosistem.
Sistem transportasi berkelanjutan lebih mudah terwujud pada sistem transportasi yang berbasis pada penggunaan angkutan umum dibandingkan dengan sistem yang berbasis pada penggunaan kendaraan pribadi. Sistem transportasi berkelanjutan merupakan tatanan baru sistem transportasi di era globalisasi saat ini.
Transportasi berkelanjutan sangatlah bermanfaat untuk generasi mendatang sehingga di negara Indonesia ini perlu adanya pengembangan hal tersebut. Keberlanjutan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka menyambut masa depan yang lebih baik untuk generasi yang akan datang, jangan generasi saat ini menghabiskan semua sumber daya yang ada dan tidak menyisakan untuk generasi mendatang.
Di negara Indonesia ini hanyalah sebagian saja yang mulai menerapkan sistem transportasi berkelanjutan salah satunya dengan konsep Green Transport. Dan pada kenyataannya transportasi di Indonesia masih belum terintegrasi dengan pengembangan wilayahnya. Maka dari itu untuk merencanakan sebuah transportasi berkelanjutan diperlukan kesiapan dari sumberdaya manusia dari masing-masing stakeholder, baik dari sisi regulator(pemerintah), operator (pelaku bisnis transportasi), maupun perencana. Dengan demikian diperlukan banyak tenaga ahli yang berbobot untuk menangani berbagai tantangan dan permasalahan tersebut. Meningkatnya tantangan-tantangan sektor transportasi sebegitu jauh belum diimbangi dengan peningkatan jumlah tenaga ahli yang berbobot untuk menangani masalah tersebut baik di lingkungan lembaga pemerintah, asosiasi, pendidikan maupun konsultan yang bekerja di bidang tersebut.
Salah satu prinsip transportasi berkelanjutan ialah menciptakan transportasi yang ramah lingkungan. Transportasi yang ramah lingkungan merupakan transportasi yang sedikit menghasilkan emisi. Secara umum, hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi dari transportasi adalah sebagai berikut:
•Perbaikan efisiensi bahan bakar pada kendaraan berbahan bakar fosil. Hal ini dapat mengurangi konsumsi bahan bakar sekaligus emisi GRK per kilometer. Kendaraan baru memiliki efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu kebijakan pembatasan umur kendaraan dapat diterapkan untuk mengurangi emisi.
•Kendaraan canggih yang memiliki emisi kecil atau nol. Termasuk dalam jenis ini adalah kendaraan hibrid, kendaraan berbahan bakar sel/ hidrogen dan kendaraan listrik.
•Perubahan bahan kendaraan. Kendaraan dengan material yang lebih ringan 10% dapat memperbaiki keekonomian bahan bakar (konsumsi bahan bakar per jarak tempuh) sekitar 4 hingga 8% lebih efisien. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah mengganti bahan menjadi baja berkekuatan tinggi (HSS), aluminium, magnesium dan plastik dengan konsep desain dan teknologi pembentukan yang lebih maju.
•Perbaikan aerodinamika. Keaerodinamisan sebuah kendaraan sangat menentukan performa mesin hingga dapat bergerak dengan kecepatan lebih tinggi. Semakin bagus aerodinamika sebuah kendaraan, maka tenaga yang dibutuhkan akan semakin sedikit sehingga konsumsi bahan bakar juga menurun.
•Pemasangan peralatan pemantau kecepatan (economoters/ cruise control). Penggunaan econometer untuk menampilkan kecepatan, konsumsi bahan bakar (liter/ jam), total jarak tempuh, total konsumsi bahan bakar dan faktor efisiensi diharapkan dapat mengontrol perilaku pengendara sehingga lebih memperhatikan cara mengemudi dengan baik untuk menghemat konsumsi bahan bakar dan menurunkan emisi.
•Substitusi bensin dan diesel dengan bahan bakar beremisi rendah. Bensin dan diesel dapat digantikan dengan bensin tanpa timbal dan biodiesel untuk mengurangi emisi. Penggunaan biodiesel juga memiliki kelemahan apabila dihasilkan dari bahan pangan atau bahan yang ditanam di lahan bekas hutan sehingga menimbulkan emisi dari deforestasi.
•Perubahan moda transportasi. Penggunaan kendaraan umum sudah pasti menurunkan emisi GRK per penumpang dibandingkan penggunaan kendaraan pribadi. Penggunaan kendaraan tanpa motor dan berjalan kaki juga adalah pilihan yang dapat mengurangi emisi GRK.
•Pengurangan perjalanan. Mengurangi perjalanan, khususnya yang tidak perlu atau penting adalah cara termudah untuk mengurangi emisi GRK. Teknologi yang dapat dikembangkan untuk mendukung hal ini adalah video conference system, internet dan surat elektronik, blackberry dan sejenisnya untuk memungkinkan seseorang berkomunikasi dan bekerja dari jarak jauh.
•Pengelolaan kebutuhan transportasi (transportation demand management).
•Kebijakan harga (pricing policies) adalah penentuan harga/ penarikan biaya berdasarkan penggunaan bahan bakar, jarak yang ditempuh oleh kendaraan, kepadatan perjalanan dan penentuan harga parkir dan asuransi.

B.Kondisi dan Permasalahan Sistem Transportasi
Kondisi sistem transportasi saat ini di negara Indonesia ini belumlah tertata, sehingga masih banyak bermunculan masalah transportasi yang sampai saat ini belum bisa teratasi. Kondisi pada sistem transportasi ditinjau dari adanya beberapa hal, sebagai berikut.
•Peraturan dan Kebijakan
Hingga saat ini peraturan dan kebijakan yang terkait dari transportasi sendiri masih terbatas sehingga banyak menimbulkan masalah-masalah. Walaupun peraturan yang berupa Undang-undang sudah tersedia, tetapi peraturan pemerintah sebagai turunan undang-undang tersebut juga masih sedikit dan terbatas. Peraturan-peraturan yang ada tersebut adalah:
1.Undang-Undang no. 38 Tahun 2004 mengenai Jalan – yang merupakan pengganti dari UU no. 13 Tahun 1980 tentang Jalan dengan menyesuaikan pada perkembangan otonomi daerah, persaingan global dan peningkatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan.
2.Undang-Undang no. 14 Tahun 1992 mengenai Lalulintas dan Jalan Raya.
3.Peraturan Pemerintah no. 15 Tahun 2005 mengenai Jalan Tol, peraturan untuk melaksanakannya berada pada Pasal 43 sampai dengan Pasal 53 dan Pasal 57 dari UU no. 38 Tahun 2004.
4.Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
5.Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.
6.Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.
7.Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
8.Kepmen LH No 35 Tahun 1993 tentang Ambang Batas Emisi Kendaraan.
9.Kepmen Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum.
10.Beberapa Pemerintah Daerah dan Kota telah memiliki Peraturan Daerah mengenai Transportasi, Lalulintas dan Jalan Raya.
11.Peraturan Daerah mengenai Ketertiban Umum.
•Sistem Lalu Lintas yang ada
Pada kenyataan sistem lalu lintas yang ada sebenarnya cukup lengkap, tetapi masih belum termanfaatkan secara maksimal. Sistem lalu lintas yang ada ditinjau dari moda transportasinya dan sistem pelayanan serta jaringan infrastukturnya.
- Kondisi moda transportasi (angkutan umum dan pribadi).
1.Jenis moda transportasi dengan berbagai macam operatornya.
Di negara Indonesia memiliki berbagai macam moda transportasi yang menunjang kebutuhan manusia. Moda transportasi tersebut juga sudah dilengkapi dengan berbagai macam operatornya. Tetapi hal tersebut belum termanfaatkan secara maksimal.
2.Jumlah moda transportasi sesuai jenis yang ada
Jumlah moda transportasi sudah memenuhi sesuai dengan jenis yang ada. Tetapi dengan jumlah yang memadai tersebut masih ada yang kurang untuk fasilitas serta perawatannya sehingga masih terdapat moda transportasi yang belum termanfaatkan secara maksimal.
3.Teknologi kendaraan bermotor yang digunakan
Tekonlogi kendaraan bermotor sudah banyak yang menggunakan teknologi yang canggih, namun dengan teknologi tersebut hanya beberapa yang menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Sehingga dengan teknologi yang canggih tersebut semakin banyak pencemaran lingkungan yang terjadi.
4.Teknologi transportasi
Sama halnya dengan teknologi kendaraan bermotor seperti diatas, bahwa teknologi transportasi juga semakin canggih sesuai dengan perkembangan jaman, tetapi sayangnya hal tersebut belum termanfaatkan secara maksimal juga.
5.Rasio pelayanan (kapasitas angkut dan passanger demand)
Kondisi pelayanan transportasi juga masih terdapat kekurangan karena kapasitas angkut transportasi terkadang tidak sesuai dengan permintaan penumpang. Sehingga pelayanan transportasi belum maksimal.
- Kondisi sistem pelayanan dan jaringan infrastrukturnya
1.Jaringan jalan raya atau rel termasuk terminal.
Jaringan jalan atau rel sudah memadai namun untuk masalah perawatannya di negara Indonesia ini masih terbengkalai sehingga masih banyak ditemui jalan rusak serta rel yang sudah tidak layak.
2.Ciri ruas jalan
3.Konfigurasi jaringan transportasi
Pada kenyataannya untuk jaringan transportasi cukup baik, hanya saja belum termanfaatkan secara maksimal dan kurangnya perawatan.
Pada dasarnya permasalahan transportasi dapat disebabkan karena kurang maksimalnya pemanfaatan sistem transportasi yang sudah ada dan pengembangannya kurang. Permasalahan transportasi tersebut dibagi menjadi permasalahan inti sebagai berikut:

1.Dengan arus lalu lintas yang semakin meningkat maka dapat mengakibatkan meningkatnya pula pencemaran udara.

2.Kebutuhan akan transportasi yang semakin meningkat permintaannya menghasilkan kemacetan, tundaan, kecelakaan dan masalah lingkungan. Ada beberapa unsur yang mempengaruhi tingginya tingkat kemacetan lalu lintas kendaraan bermotor di jalur jalan-jalan perkotaan di negara Indonesia antara lain:
•Kondisi jalan dan pedestrian.
•Sikap dan kebiasaan pengguna jalan dan angkutan umum.
•Pergerakan transportasi yang melebihi kapasitas sistem prasarana transportasi yang ada dan melebihi daya tampung wilayah perkotaan.
•Pengemudi angkutan umum. Perilaku pengemudi yang kurang benar dalam mengemudikan kendaraannya sangat mempengaruhi besarnya pemakaian bahan bakar pada kendaraan bermotor, antara lain sebagai berikut :
- Kebiasaan mengemudi dengan kecepatan melibihi kecepatan optimal.
- Penggunaan gigi persneling tidak sesuai dengan kecepatan.
- Mengemudikan kendaraan dengan kejutan dan menyentak pedal gas.
- Kebiasaan mengisi tangki bahan bakar terlalu penuh dan sampai tumpah.
Perilaku pengemudi seperti di atas apabila tidak diikuti dengan perawatan kendaraan secara baik, maka akan mengakibatkan kualitas polusi udara akibat emisi gas buang semakin tinggi.
•Infrastruktur perkotaan yang belum optimal dalam pemanfaatan sarana jalan (terlalu besarnya kebutuhan akan pergerakan lalu lintas transportasi dibanding dengan sistem prasarana transportasi yang tersedia) atau pergerakan transportasi yang melebihi kapasitas sistem prasarana transportasi yang ada.
•Penggunaan kendaraan pribadi lebih tinggi dibandingkan penggunaan kendaraan umum (volume kendaraan pribadi menurunkan efektivitas penggunaan ruang jalan).

3.Sesuai dengan pembahasan pada pendahuluan bahwa sistem transportasi yang ada belum terintegrasi dalam pengembangan tataruang. Sehingga masih ada daerah-daerah pusat kegiatan yang belum terjangkau dengan transportasi.

4.Sistem transportasi umum masih belum tertata dengan baik, yaitu dalam hal:
•Sistem transportasi berorientasi “jalan”.
•Transportasi berbasis rel belum berkembang.
•Jaringan transportasi bus belum memiliki interkoneksi yang memadai.
•Rute bus yang masih tumpang tindih.
•Manajemen terminal masih lemah (dari segi fasilitas dan perawatnnya).
•Sistem transportasi cepat dan massal belum mencukupi.
•Infrastruktur transportasi tidak bermotor (Green Transport) belum tersedia.
•Pengelolaan kebutuhan transportasi belum efektif, kebutuhan perjalanan dari dan ke sentra bisnis masih tinggi pada jam-jam padat.

5.Sistem pelayanan angkutan umum perkotaan.
Standar pelayanan minimal yang harus dipenuhi oleh pengelola angkutan umum belum ada, misalnya terkait dengan aspek keamanan, kenyamanan, menyebabkan lemahnya tingkat pelayanan angkutan umum, dengan kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat enggan untuk beralih menggunakan angkutan umum sebagai alat perpindahan dari tempat satu ketempat lainnya. Selain itu lemahnya interkoneksi antar moda menyebabkan efisiensi waktu yang rendah dan menambah keengganan masyarakat untuk menggunakan angkutan umum. Kelemahan tingkat pelayanan, dalam hal:
•Sarana dan prasarana yang kurang memadai dan belum termanfaatkan secara maksimal..
•Kapasitas angkut kendaraan umum masih terbatas, pengaturan waktu dan wilayah layanan bus masih belum memadai.
•Waktu tempuh yang cukup lama.
•Pemantauan kualitas layanan bus belum dilaksanakan dengan baik.
-jumlah penumpang yang melebihi kapasitas angkut
-tingkat kenyamanan yang rendah
-tingkat keamanan yang rendah
•Tidak ada perhatian yang memadai bagi orang tua dan penyandang cacat. Sehingga untuk penyandang cacat atau orang tua dalam pelayanannya sama dengan orang biasa.
•Aksesibilitas yang sulit untuk beberapa daerah tertentu. Hal ini karena belum terintegrasi dengan perencanaan pengembangan wilayah.

6.Emisi kendaraan bermotor
•Lebih dari 50% kendaraan yang beroperasi di jalan tidak memenuhi ambang batas emisi.
•Ambang batas emisi gas buang kendaraan yang berlaku saat ini masih luang.
•Tidak ada sistem kontrol emisi terhadap sebagian besar kendaraan yang beroperasi di jalan.
•Sistem Pengujian Kendaraan Bermotor (kelaikan jalan dan persyaratan teknis kendaraan umum) tidak efektif karena mekanisme pengawasan, pemantauan, dan evaluasi kinerja PKB belum diterapkan secara konsisten.
•Pemeriksaan emisi di jalan sebagai bagian dari penegakan hukum belum dilaksanakan.
•Pengujian kendaraan tipe baru sesuai standar EURO-2 belum dilaksanakan secara konsisten karena keterbatasan fasilitas.
•Perawatan kendaraan untuk mengurangi emisi dan meningkatkan kinerja kendaraan belum dilaksanakan secara rutin.
•Pengembangan dan penggunaan kendaraan dengan teknologi yang dapat mereduksi emisi dan menghemat bahan bakar masih terhambat.
•Belum ada sistem disinsentif untuk membatasi jumlah kendaraan penghasil polusi tinggi dan sistem insentif untuk kendaraan hemat BBM dan menggunakan bahan bakar alternatif ramah lingkungan.
•Kapasitas institusi pelaksana sistem transportasi dan pengujian kendaraan bermotor di daerah masih rendah.
•Pemantauan dan evaluasi kinerja pengujian kendaraan bermotor belum efektif.

B.Kajian konsep Green Transport
Dalam konteks perencanaan kota, konsep ini bertujuan sebagai upaya peningkatan fasilitas bagi komunitas bersepeda, pejalan kaki, fasilitas komunikasi maupun penyediaan transportasi umum massal yang murah dan ramah lingkungan seperti KA listrik maupun angkutan umum lainnya yang dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, khususnya di kawasan CBD. Di samping itu, konsep transportasi berkelanjutan juga mendorong upaya pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk mengurangi kebutuhan pergerakan orang dan barang melalui penerapan konsep tele-conference, tele-working, tele-shopping, tele-commuting maupun pengembangan kawasan terpadu di perkotaan yang dapat mengurangi kebutuhan mobilitas penduduk antarkawasan seperti Transit Oriented Development (TOD).
Upaya mewujudkan transportasi yang ramah lingkungan pada dasarnya dapat dilakukan dengan upaya mencegah terjadinya perjalanan yang tidak perlu atau dengan penggunaan teknologi angkutan yang dapat mengurangi dampak lingkungan akibat kendaraan bermotor. Bentuk-bentuk yang terkait dengan upaya pencegahan atau pengurangan jumlah perjalanan yang tidak perlu dapat berupa pengembangan kawasan terpadu yang masuk kategori compact city seperti kawasan super-block, kawasan mix-used zone, maupun transit-oriented development. Selain itu, pengurangan jumlah perjalanan dapat dilakukan dengan melakukan manajemen kebutuhan transport (TDM- Transport Demand Management).

1.Transit Oriented Development (TOD).
Transit Oriented Development adalah upaya revitalisasi kawasan lama atau kawasan terpadu baru yang berlokasi pada jalur-jalur transportasi utama seperti jalur KA, busway dan lain-lain, dengan mengembangkan kawasan berfungsi campuran (mixed-use) antara fungsi hunian, komersial dan perkantoran. Dengan akses yang mudah terhadap aktivitas hunian, komersial dan perkantoran serta jaringan transportasi umum yang terpadu dengan fasilitas pedestrian dan jalur sepeda. Konsep kawasan TOD diharapkan dapat mengurangi kebutuhan pergerakan transportasi antar kawasan dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
Sebuah kawasan TOD umumnya memiliki pusat kawasan berupa stasiun kereta, metro, trem atau stasiun bus yang dikelilingi oleh blok-blok hunian, perkantoran atau komersial berkepadatan tinggi yang makin berkurang kepadatannya ke arah luar. Kawasan TOD umumnya memiliki radius 400-800m dari pusat terminal, yaitu dalam jarak yang masih dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Selain sifatnya yang mixed used, kawasan TDM umumnya dicirikan oleh fasilitas pejalan kaki yang sangat nyaman, penyeberangan, jalan yang tidak terlalu lebar, gradasi kepadatan bangunan ke arah luar. Kawasan ini juga umumnya membatasi jumlah lahan parkir untuk kendaraan pribadi.

2.Transport Demand Management (TDM).
Dilakukan melalui penerapan kebijakan dan strategi transportasi untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mendistribusikan beban transportasi yang ada ke dalam moda transport, lokasi dan waktu berbeda. Upaya ini dianggap merupakan penanganan transportasi yang relative murah untuk meningkatkan tingkat pelayanan jaringan transportasi. Dengan demikian penerapan TDM juga diharapkan dapat menghasilkan kondisi lingkungan yang lebih baik, meningkatkan kesehatan publik, yang pada akhirnya dapat mendorong kesejahteraan masyarakat dan tingkat kelayakan huni suatu kota. Beberapa bentuk penerapan TDM yang mungkin dilakukan adalah:
•Mendorong peningkatan okupansi kendaraan melalui kebijakan ride-sharing, three-in-one, car-pooling dan lain-lain.
•Menyediakan sarana angkutan umum yang cepat, murah dan nyaman yang dapat menjangkau seluruh bagian kota.
•Menyediakan fasilitas untuk mendorong penggunaan sarana angkutan tak bermotor seperti jalur sepeda, jalur pejalan kaki yang dapat mengurangi ketergantungan kepada kendaraan bermotor.
•Menerapkan jam kerja yang lebih fleksibel atau penggeseran waktu kerja (staggering work hours) dan pemisahan waktu kerja dan sekolah untuk mengurangi beban lalulintas pada jam puncak.
•Membatasi penggunaan kendaraan pribadi melalui penerapan pembatasan plat nomor kendaraan yang dapat dioperasikan pada kawasan atau waktu tertentu.
•Menerapkan congestion pricing, pengenaan tarif parkir yang tinggi pada kawasan-kawasan CBD untuk memberikan disinsentif bagi pengguna kendaraan pribadi.

3.Kawasan Superblok
Konsep Superblok adalah konsep pembangunan di pusat kota dengan konsep One Stop Service yang mengupayakan pemenuhan kebutuhan manusia urban untuk tinggal, bekerja, dan berekreasi (mencari hiburan) dalam satu kawasan. Jarak antara satu fungsi dengan fungsi lain pada kawasan tersebut dirancang dengan radius pencapaian orang sanggup berjalan kaki. Dengan konsep ini diharapkan para penghuni superblok tidak perlu lagi menggunakan kendaraan yang mengeluarkan emisi karbon, mereka cukup berjalan kaki untuk menjangkau area tempat bekerja, area komersial dan area hiburan dari tempat tinggal mereka sehingga kawasan dapat bebas polusi kendaraan.
Kawasan dapat lebih ramah terhadap lingkungan dan lebih hijau. Konsep pembangunan gedung pada area superblok dapat dirancang dengan konsep pembangunan yang terintegrasi dan pembangunan vertikal. Sehingga kawasan dapat memiliki kepadatan tinggi namun tetap menyisakan ruang terbuka hijau yang cukup bagi penyediaan resapan air.

4.Sarana Transportasi Ramah Lingkungan.
Sarana transportasi yang dikembangkan untuk mengurangi dampak lingkungan akibat transportasi seperti kebisingan dan polusi udara umumnya mengarah ke penggunaan kendaraan tidak bermotor maupun penggunaan bahan bakar terbarukan seperti sinar matahari, listrik, dan lain-lain. Moda transportasi yang ramah lingkungan pada kenyataannya ada yang dalam bentuk sederhana sehingga di negara Indonesia perlu ada program untuk penggunaan moda transportasi tersebut seprti sepeda. Bentuk-bentuk moda angkutan yang ramah lingkungan antara lain:
•Pedestrian.
Penyediaan sarana dan jalur pejalan kaki yang aman dan nyaman dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan kendaraan pribadi. Jarak optimum yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki umumnya adalah sekitar 400-500 meter.
•Sepeda.
Sekarang dikembangkan kelompok-kelompok masyarakat yang mengusung ide penggunaan sepeda sebagai alternatif alat transportasi yang ramah lingkungan seperti gerakan Bike to Work (B2W). Sepeda dapat digunakan dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam dan daya jelajah sekitar 1-5 kilometer.
•Sepeda Listrik.
Alternatif lain dari sepeda manual adalah sepeda yang digerakkan dengan tenaga listrik baterai yang dapat diisi ulang. Di samping lebih hemat biaya, sepeda ini juga tidak menimbulkan kebisingan dalam penggunaannya dibandingkan sepeda motor. Kecepatan berkendaraan maksimum jenis sepeda ini adalah sekitar 40-60 km/jam dengan daya jelajah hingga 60 km.
•Kendaraan Hybrid.
Adalah kendaraan yang dikembangkan dari bahan yang ultra ringan tapi sangat kuat seperti komposit. Sumber tenaga kendaraan jenis ini umumnya merupakan campuran antara bahan bakar minyak dan listrik yang dibangkitkan dari putaran mesin kendaraan melalui teknologi rechargeable energy storage system (RESS). Kendaraan jenis ini diklaim sebagai memiliki tingkat polusi dan penggunaan bahan bakar yang rendah.
•Kendaraan berbahan bakar alternatif.
Beberapa teknologi bahan bakar alternatif seperti biodiesel, ethanol, hydrogen atau kendaraan dengan teknologi yang dapat menggunakan 2 jenis bahan bakar secara bergantian (flexible fuel vehicle).
•Kendaraan hypercar.
Kendaraan jenis ini memiliki fitur konstruksi yang sangat ringan, desain yang aerodinamis, penggerak berbahan bakar hybrid dan beban aksesoris yang minimal.

C.Studi Kasus
Ada beberapa contoh studi kasus di luar negeri dalam implementasi konsep Green Transport yaitu dengan salah satu cara penggunaan bahan bakar gas, kendaraan yang berimisi nol dan rendah dalam masyarakat kota, budaya bersepeda di negara maju sebagai cermin perilaku yang ramah lingkungan serta mobil berbahan bakar udara. Dengan adanya hal tersebut dapat mengurangi gas buang yang dihasilkan kendaraan bermotor untuk bumi.

1.Kendaraan berbahan bakar gas untuk Kota-kota di Eropa dan integrasinya dengan manajemen lalu lintas kota.
Proyek kendaraan BBG Eropa menunjukkan lebih dari 300 jenis kendaraan berbahan bakar gas yang berbeda seperti bus-bus konvensional dan gandeng, taksi, kendaraan pengumpul sampah, mobil dan truk layanan di empat belas kota dari tujuh negara anggota Uni Eropa. Proyek ini didanai secara bersama dengan Komisi Eropa, DG XVII. Seluruh 300 kendaraan, terutama dari pabrikan peralatan asli Eropa (OEM), adalah teknologi kendaraan berbahan bakar gas modern modern yang sekarang hampir memasuki pasar atau dalam fase awal pemakaian. Kendaraan BBG menggunakan teknologi mesin berat pembakar lemah (lean burn) dan juga pemakaian sistem kerja berat dan kerja ringan mandiri yang didesain untuk melengkapi komposisi bahan bakar gas Eropa.
Kendaraan BBG Eropa mencakup demonstrasi 'utama' pertama Eropa dari biogas pada kendaraan OEM berat dan ringan di Göteborg dan Eslöv, Swedia. Adalah penting untuk menunjukkan bahwa baik limbah pertanian dan kota dapat digunakan untuk menciptakan bahan bakar gas dalam aplikasi sebagai bahan bakar kendaraan perbakaran murni. “Siklus lingkungan loop tertutup” ini menggunakan produk limbah yang dikonversi menjadi bahan bakar kendaraan pengumpul limbah berpolusi rendah, yang merupakan solusi di masa mendatang bagi manajemen limbah.
Mitra lainnya menunjukkan banyaknya penggunaan kendaraan BBG, yang ditikberatkan pada:
•Penggunaan kendaraan transportasi public yang murni dan tidak bising di Augsburg, Jerman; Colmar dan Poitiers, Perancis; Dublin, Irlandia dan Roma, Italia;
•Demonstrasi biaya-laba kendaraan BBG pada armada swasta di Koblenz, Jerman; Göteborg, Swedia; Mechelen, Belgia; Haarlem, Amstelveen dan Velsen, Belanda.
•Evaluasi solusi transportasi terbaik untuk kendaraan pengumpul limbah di Ixelles, Gent dan Mecllelen, Belgia; dan Velsen, Belanda.
Kendaraan BBG Eropa memberikan pengalaman praktek jangka panjang tentang teknologi bahan bakar gas untuk menunjukkan penerimaan pelanggan dan pengguna dan juga pengetahuan operasi dan pengalaman pemeliharaan. Sisi ekonomis kendaraan BBG yang terpercaya dievaluasi secara hati-hati.
Program pengujian emisi kendaraan BBG Eropa didesain untuk memperoleh data yang dapat diandalkan mengenai potensi pengurangan emisi. Tujuannya adalah untuk memberikan wewenang mengenai data emisi yang dapat digunakan untuk menunjukkan biaya/laba berbagai bahan bakar dan secara khusus kendaraan BBG dan bahan bakar gas. Data emisi yang sesuai untuk berbagai kendaraan mencakup mobil, taksi, van, bus-bus transportasi publik dan kendaraan pembuangan limbah akan dikumpulkan. Hasil proyek menentukan dan menjumlahkan keunggulan lingkungan kendaraan BBG jika dibandingkan dengan kendaraan diesel dan bensin konvensional.
Data emisi dari pabrikan kendaraan juga dipertimbangkan untuk evaluasi. Proyek memungkinkan suatu pembandingan teknologi mesin bahan bakar gas pembakaran lemah dengan teknologi mesin bahan bakar gas yang bekerjamdaengan dengan λ= 1. Selain itu, penggunaan analisis siklus masa hidup akan menjamin pengukuran dampak lingkungan up-stream dan biaya-biaya sistem transportasi yang dikeluarkan (pendekatan “cradle to grave”).
Akhirnya, proyek ini menghasilkan rekomendasi tentang kendaraan berbahan bakar gas dan teknologi pengujian dan macam sistem operasi mana yang paling sesuai pada keadaan yang berbeda-beda, tergantung pada struktur transportasi dan persyaratan mobilitas.

2.ZEUS - Kendaraan beremisi nol dan rendah dalam masyarakat kota.
Inspirasi bagi ZEUS adalah keinginan untuk memanfaatkan energi untuk transportasi yang lebih efisien dan pengurangan emisi polutan yang terkait dengan transportasi. Hal ini memerlukan pendekatan yang luas - implementasi berbagai kendaraan berbahan bakar alternatif, perencanaan mobilitas kota, dan meningkatnya kesadaran umum, semuanya bekerja secara sinergis.
Mitra ZEUS adalah Stockholm (koordinator). Athena, Amaroussion, Bremen, Coventry, Copenhagen, Helsinki. Luxembourg, Palermo, dan London Sektor/Wilayah Camden, Merton, Southwark dan Sutton, Proyek dimulai pada akhir tahun 1996 dan dilanjutkan bulan Juni 2000. ZEUS berkonsentrasi pada penghilangan hambatan pasar menjadi nol dan kendaraan dengan emisi rendah. Ini meliputi kendaraan yang mahal, dan kurangnya infrastruktur untuk bahan bakar dan pemeliharaan, pengembangan teknologi yang tidak memadai, dan kurangnya dorongan pasar. Kota-kota yang mengimplementasikan kendaraan ini bersama-sama dengan ukuran-ukuran mobilitas kota progresif dapat memberikan mobilitas yang lebih baik yang mempunyai potensi untuk menjadi lebih murni, lebih efektif, dan akhirnya, mungkin lebih murah.
CNG dan biogas pada ZEUS
ZEUS mencakup lebih dari 350 CNG dan kendaraan biogas mobil penumpang, van, busbus dan truk sampah, digunakan sebagai armada kota besar, angkutan publik, dan kendaraan-kendaraan umum. Bersama-sama, mereka menghemat sedikitnya 600000 liter bensin dan diesel dan mengurangi emisi CO2 di atas 400 ton. Volume pembelian membantu kota-kota meyakinkan beberapa penyedia CNG untuk memberikan kontribusi berupa pengadaan infrastruktur, yang mengurangi biaya yang dikeluarkan olah koat. Di Palermo, pembangunan stasiun CNG meyakinkan pejabat transportasi lokal untuk membeli 27 bus-bus lainnya. ZEUS juga bertanggung jawab untuk penambahan beberapa fasilitas pengisian bahan bakar yang baru. Selama penggunaan ZEUS, konsumsi CNG mencapai hampir dua kali lipat di Bremen. Di Stockholm, jumlah biogas yang dijual lebih dari tiga kali lipatnya, hingga di atas 180.000 Nm3 per tahun. Pengalaman ZEUS telah menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk kota besar yang tertarik menggunakan CNG dan bahan bakar alternatif lain:
1.Kurangi dan atur biaya marginal yang tinggi dari kendaraan emisi nol dan rendah dengan cara pembelian volume. Ambil keuntungan subsidi pembelian apapun yang ada, dan samakan baik biaya-biaya jangka pendek dan panjang.
2.Berperan aktif dalam peluang menyediakan pengisian bahan bakar dan recharging bahan bakar dengan cara mmebiayai infrastruktur secara langsung atau parsial, lokasi perencanaan, dan penggunaan pemantauan.
3.Ketika mengawasi kendaraan ujilah kendaraan saat keadaan "dunia nyata" dan sistem otomatis yang lengkap dengan sistem log-book manual.
4.Gunakan secara wajar teknologi bahan bakar alternatif yang baru ketika mengimplementasikan kendaraan di layanan kota atau kendaraan umum. Kendaraan berbahan bakar ganda harus dipertimbangkan sebagai kendaraan transisi; kendaraan tersebut sering kali tidak efisien tetapi dapat membangun suatu pasar untuk kendaraan gas.
5.Implementasikan satu jenis bahan bakar pada satu waktu untuk menghindari kebingungan dalam transisi menuju kendaraan yang lebih murni. Pertimbangkan kontrak penyuplai tunggal untuk menyederhanakan perencanaan layanan dan pemeliharaan.
6.Rencanakan layanan dan pemeliharaan dari kendaraan berbahan bakar alternatif. Pada tahap pengadaan pastikan bahwa pemeliharaan, dukungan pelatihan, dan masalah aksesibilitas onderdil bisa ditangani. Ambil waktu ekstra selama masa transisi, dan latih semua teknisi, pengemudi, dan personil keamanan.
7.Tingkatkan penerimaan pemakai dengan melaksanakan survei pemasaran, menandai kendaraan demonstrasi dan infrastruktur dengan penandaan yang jelas, dan memberikan pengalaman langsung dengan pemberi pinjaman kendaraan atau kendaraan demonstrasi.

3.Budaya Bersepeda di Negara Maju sebagai Cermin Perilaku yang Ramah Lingkungan.
Sehat dan ramah lingkungan, begitulah benda ini digambarkan di Negeri Sakura. Sepeda dinilai sangat cocok dipakai kota-kota di Jepang, mengacu kepada motto “eco cycle city” yang mulai digalang pemerintah Jepang dalam rangka mempromosikan program ramah lingkungan.
Menurut sebuah pepatah Jerman “sebuah sepeda jauh lebih baik daripada satu truk obat-obatan“. Dengan mengendarai sepeda, kesehatan kita akan terjaga dan tidak memerlukan obat-obatan. Setelah riset dan penelitian dilakukan kepada warga yang biasa menggunakan mobil atau kereta, banyak orang terkesima dengan kemajuan kesehatan yang mereka dapatkan sejak beralih mengendarai sepeda setiap hari. Mereka semua setuju bahwa latihan cara baru tersebut telah membuat mereka merasa lebih fit dan segar. Beberapa tahun belakangan ini di Jepang telah terjadi perubahan besar menyangkut penggunaan sepeda.
Proses perubahan ini dimulai dengan diselenggarakannya The International Conference on Global Warming di Kyoto pada tahun 1997. Saat itu, pemerintah Jepang menjanjikan penurunan sebanyak 6% atas produksi karbon dioksida dan emisi gas buang lainnya. Secara alamiah hal tersebut memacu kenaikan atas pentingnya peran sepeda sebagai “Green Vehicle” atau kendaraan ramah lingkungan yang tidak memerlukan bahan bakar minyak dan tidak menghasilkan emisi gas buang apapun. Pada tahun berikutnya, rancangan utama pemerintah untuk negara tersebut yang disebut sebagai The 5th Comprehensive National Development Plan mengumumkan penggalakkan penggunaan sepeda sebagai alat transportasi untuk pertama kalinya. Pada tahun yang sama The Measures to Prevent Global Warming menyatakan peran sepeda yang dipertimbangkan kembali sebagai gaya hidup baru. Pada tahun 2001, sebuah amandemen untuk undang-undang yang berkenaan dengan konstruksi jalan menetapkan kewajiban untuk membuat dan menyediakan jalur khusus sepeda pada jalan-jalan yang baru dibuat atau pada saat perbaikan dilakukan pada jalan raya yang banyak dilalui pengendara sepeda. Hal ini dirancang untuk memberi prioritas lebih tinggi kepada pengendara sepeda daripada sebelumnya, serta untuk menurunkan beban lingkungan secara keseluruhan yang diakibatkan oleh penggunaan mobil. Poin tersebut merupakan titik balik yang penting, karena pengelolaan jalan raya sebelumnya difokuskan kepada mobil, namun sekarang justru sebaliknya.
Bagaimanapun, tetap ada satu isu besar yang tidak bisa dihindari saat penggalangan pemakaian sepeda dilaksanakan di Jepang dengan jumlah sepeda yang dibiarkan begitu saja di tempat umum. Biasanya di area stasiun kereta, selain itu juga di area parkir pusat perbelanjaan, di jalan-jalan dan di trotoar tempat pejalan kaki. Sepeda - sepeda yang terbengkalai merupakan gangguan baru. Begitu banyaknya jumlah sepeda yang terbengkalai, sehingga mengganggu kelancaran arus pejalan kaki dan jalan raya. Mencoba untuk melewati sekumpulan sepeda yang terbengkalai di stasiun kereta, terasa seperti sedang berusaha untuk bernegosiasi tentang satu masalah yang cukup pelik. Pada tahun 2001, diperkirakan ada sekitar 540.000 buah sepeda yang terbengkalai di seluruh pelosok Jepang.
Dua puluh tahun yang lalu ada 990.000 sepeda yang ditinggalkan begitu saja di jalan-jalan, dan pemerintah setempat dipaksa untuk bertindak. Jumlah tempat parkir sepeda dinaikkan dari 500.000 buah pada 20 tahun sebelumnya, menjadi 3.750.000 buah saat ini. Hal tersebut telah mengurangi jumlah sepeda yang terbengkalai di tempat umum sampai dengan setengahnya. Pada kenyataannya Jepang memang terdepan dalam pembuatan tempat parkir sepeda. Namun demikian, naiknya harga tanah membuat pembangunan tempat parkir baru menjadi lebih sulit dan terbatas. Menyediakan area parkir baru bagi sepeda bukanlah hal mudah.
Bila pada satu sisi Jepang mencoba untuk mengedepankan rencana-rencana pemasyarakatan penggunaan sepeda, maka di sisi lain jumlah sepeda yang diparkir atau dibiarkan begitu saja di tempat-tempat umum masih harus dikurangi. Satu-satunya solusi bagi konflik yang ada ini adalah dengan sistem rental.
Warga dapat menikmati fasilitas rental ini dengan membayar iuran keanggotaan. Sepeda jenis standar ditaruh di tempat parkir di luar stasiun kereta. Para penyewa dapat menggunakan salah satu dari sepeda tersebut untuk pulang pada petang atau malam hari. Pada hari berikutnya mereka menggunakan sepeda tersebut ke stasiun dan mengembalikannya ke pusat penyewaan. Kemudian sepeda yang sama akan dapat digunakan oleh penyewa lainnya untuk pergi bekerja atau sekolah. Begitu seterusnya berjalan secara berkesinambungan. Karena banyak orang yang berbeda menggunakan sepeda pada saat yang berbeda, setiap sepeda memiliki dua pengguna atau lebih, dan sistem ini dinilai sangat efisien. Kenaikan angka yang dilihat oleh pemerintah setempat di Jepang mencerminkan bahwa sistem rental yang diterapkan sangat berguna untuk mengurangi jumlah sepeda yang terlalu banyak di sekitar stasiun, dan juga mengurangi jumlah tempat parkir sepeda yang dibutuhkan.
Seperti halnya sistem rental sepeda, ada pula cara lain yang dipakai di tempat lain di Jepang untuk membuat lingkungan menjadi lebih kondusif bagi pengendara sepeda. Menteri Pertanahan, Infrastruktur & Transportasi telah merancang 19 kota & daerah model sebagai “eco cycle city“, di mana kota dan daerah tersebut membantu mendukung penggunaan kendaraan kayuh. Contoh nyata dari proyek ini adalah persiapan dari jaringan jalan utama yang memisahkan sepeda dengan pejalan kaki di Nagoya - Aichi dan di distrik Chiyoda serta distrik Chuo di Tokyo. Di daerah Takamatsu - Kanagawa, tempat untuk pengendara sepeda dibuat dengan cara mengurangi luas jalan bagi pengendara mobil.
Pada saat yang sama, berbagai eksperimen sosial dilakukan untuk memasukkan sepeda ke dalam rencana transportasi kota. Salah satu contohnya adalah percobaan di kota Matsuyama - Ehime, yang menggunakan fasilitas jalan yang telah ada. Selama satu bulan, sebagian jalur untuk trem digunakan di beberapa tempat digunakan untuk pengendara sepeda saja, dan di tempat lain pemisahan antara pengendara sepeda dengan pejalan kaki diatur dengan memberikan jam pemakaian jalur yang berbeda. Percobaan serupa ini akan berguna untuk menemukan cara terbaik mengimplementasikan gagasan “eco cycle city” di tiap daerah.
Kita semua sekarang hidup di era mobil. Tahun 1965 dikenal sebagai tahun pertama untuk mobil pribadi, dan sejak itu Jepang telah menjadi masyarakat mesin yang berkembang dengan sangat pesat dan cepat. Sebagai hasil, konstruksi jalan yang ada dikonsentrasikan untuk mobil, dan mobil telah menjadi titik utama kehidupan masyarakat. Saat ini hanya ada 0,6% dari jumlah total jalan yang diberikan secara ekslusif kepada pengendara sepeda. Di Belanda, negara yang memiliki budaya bersepeda paling hebat, rasio yang didapat adalah 8,6% hingga Jepang masih harus berjalan lebih jauh lagi. Bagaimanapun, terdapat pergerakan “bicology” (bike+ecology) yang muncul di pelosok Jepang, yang melawan masyarakat mobil dan menciptakan lebih banyak lagi “eco cycle - friendly city“.
Klarifikasi isu sepeda dikemukakan oleh Profesor Chikae Watanabe dari Fakultas Teknik Universitas Kyushu Tokai; “Masyarakat modern yang menggunakan mobil menghabiskan 40 tahun untuk berkembang, dan hal tersebut akan menyita banyak waktu untuk membalikkan situasi. Mengadaptasi penggunaan sepeda di Amerika & Eropa secara mentah mungkin tidak akan berhasil di Jepang karena perbedaan konteks. Akan lebih baik apabila kota dan daerah di Jepang mencari sendiri metode yang tepat untuk digunakan di masing-masing area. Harapan saya adalah bahwa kita masih bisa bergerak maju melebihi sistem rental sepeda yang sekarang dijalankan, ke arah sistem dengan banyak tempat parkir sepeda di mana warga dapat dengan leluasa meminjam sepeda dari satu tempat dan dikembalikan ke tempat yang berbeda. Dalam beberapa tahun belakangan ini kenaikan jumlah perusahaan kereta, kota dan desa telah memperlihatkan perhatian atas sistem ini. Warga Jepang tidak bermasalah dengan sepeda yang dianggap sebagai alat transportasi yang sudah memasyarakat.”

4.Mobil Berbahan Bakar Udara dari Perancis
Salah satu konsep Green Transport yang sedang dikembangkan saat ini adalah e.Volution. Mesin mobil ini dapat dijalankan dengan menggunakan udara yang dikompresikan ke dalamnya, atau dapat pula berfungsi sebagai mesin pembakar (internal combustion engine). Udara yang sudah dikompresi (bertekanan tinggi) disimpan dalam tangki bertekanan 4.351 psi. Udara masuk ke mesin dan mengalir menuju ekspander sehingga volumenya bertambah dan tekanannya berkurang. Udara kemudian mendorong piston sehingga pada akhirnya mesin mobil bisa mulai bekerja. Mobil e.Volution ini hadir juga dalam tipe yang menggabungkan bahan bakar udara dengan bahan bakar minyak dan gas biasa. Dalam tipe hybrid ini perubahan sumber bahan bakar dapat dikendalikan secara elektronik. Jika mobil hendak dijalankan pada kecepatan di bawah 60 km/jam maka bahan bakar yang digunakan adalah udara, sedangkan pada kecepatan yang lebih tinggi bahan bakar tradisional dapat digunakan. Tangki udara dengan kapasitas 300 liter udara diletakkan di bagian bawah mobil. 300 liter udara ini dapat digunakan untuk menempuh jarak 200 km pada kecepatan maksimal 96,5 km/jam. Untuk mengisi kembali tangki udara sampai penuh, kita bisa menggunakan pompa udara tekanan tinggi selama tiga menit saja. Jika kita sedang santai di rumah, kita bisa mengisi tangki menggunakan sumber listrik biasa yang ada di rumah selama empat jam. Untuk menempuh perjalanan jauh, mobil ini dilengkapi dengan booster berupa fuel burner yang akan membakar atau meledakkan udara. Ledakan ini akan mendorong pistons air bertekanan yang menggerakkan pistons. Fuel burner mempu bekerja baik dengan semua jenis minyak bakar.
Mobil ini sangat ramah dengan lingkungan karena dengan bahan bakarnya yang berasal dari udara sehingga gas buangnya cukup kecil dan tidak bisa menyebabkan polusi udara. Mobil ini pertama ditemukan di Perancis oleh Gyu Negre.

Ulasan :
Proyek kendaraan bahan bakar gas ini cocok juga untuk di implementasikan di negara Indonesia. Khususnya untuk transportasi massal. Tetapi sebelum itu, untuk fasilitas pelayanan, sarana dan prasrananya serta infrasturkturnya harus lebih diperhatikan dan dikembangkan lagi demi keengganan masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi massal. Jika masyarakat telah beralih kemudian transportasi massal lebih baik menggunakan bahan bakar gas. Hal tersebut secara tidak langsung dapat mengurangi emisi kendaraan bermotor sealain itu dapat meminimalisir dampak dari global warming di negara Indonesia.
Salah satu contoh, ibukota negara yaitu Jakarta sudah memulai menggunakan konsep Green Transport yaitu transportasi massal seperti bus Transjakarta saat ini menggunakan bahan bakar gas. Selain itu di Jakarta yang banyak orang mengatakan kota terpadat atau kota macet juga memiliki program yang mendukung konsep Green Transport yaitu “Car - Free Day”. Program tersebut merupakan program untuk mengurangi dampak global warming. Seharusnya pemerintah negara menganjurkan melakukan hal yang patut dicontoh tersebut untuk seluruh provinsi bukan hanya di ibukota negara saja. Sehingga lebih banyak masyarakat yang melakukan hal tersebut, maka lebih cepat juga pengurangan emisi yang dapat merusak bumi dan meminimalisir adanya dampak dari global warming.
Selain itu, pemerintah dapat memanfaatkan hal-hal yang tidak berguna sebagai bahan bakar alternatif seperti kotoran sapi atau kerbau. Kotoran sapi atau kerbau dapat diolah menjadi biogas dan biogas tersebut bisa digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor yang ramah lingkungan. Sehingga pemerintah tidak perlu susah untuk mencari bahan bakar cadangan di masa mendatang. Pemerintah pun juga harus lebih intensif untuk menangani permasalahan transportasi yang ada saat ini dan juga lebih memperhatikan pengembangan serta perawatan sarana dan prasarana, infrastruktur transportasi.
Ada salah satu contoh lagi dalam penerapan Green Transport yang paling murah dan sederhana yaitu dengan bersepeda. Dengan bersepeda banyak manfaat yang bisa di dapatkan seperti mengurangi polusi udara, sekaligus berolahraga sehingga membuat tubuh sehat selain itu juga dapat menghemat biaya untuk transportasi.
Sepeda baik untuk kesehatan manusia, juga baik untuk kenyamanan kota, kenyamanan global dan pemeliharaan lingkungan karena sepeda tidak menghasilkan gas karbon monoksida maupun karbon dioksida yang dapat mencemari udara serta lingkungan, serta tidak menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Karena sepeda dioperasikan oleh otot tubuh manusia bukan dioperasikan oleh mesin, maka tidak diperlukan konsumsi bahan bakar berupa bensin ataupun solar. Untuk masalah kenyamanan, sepeda merupakan metode transportasi door-to-door yang canggih. Sepeda telah secara nyata memberikan kenaikan perhatian terhadap isu-isu global lingkungan hidup, sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan dan paling cocok untuk kota besar. Karena dengan kesederhanaan dan harga yang relatif murah untuk memilikiny sehingga sepeda mulai dipilih dan digunakan sebagai alternatif di luar penggunaan mobil.
Masyarakat di negara maju lebih tinggi keasadarannya atas pemeliharaan lingkungan dibandingkan dengan di negara berkembang seperti negara Indonesia ini. Namun tidak ada salahnya bila dapat mengadaptasi ide-ide positif tersebut yang dapat menyelamatkan bumi dari kerusakan dimana ide-ide tersebut sudah diterapkan oleh negara lain dan dapat diimplemetasikan di Indonesia. Dengan mengambil inti pemecahan masalah yang ditempuh, bisa mulai menumbuhkan rasa memiliki atas lingkungan sekitar dan memulai pemeliharaannya dengan lebih serius.Dengan berkembangnya teknologi dan banyak ide-ide dari negara-negara maju yang dapat diaplikasikan di negara Indonesia, maka sebagai mahasiswa dapat concern dengan hal-hal yang memengaruhi kehidupan manusia untuk masa akan datang. Sebab, di tangan mahasiswa dapat lahir berbagai produk yang bermanfaat untuk kehidupan manusia, termasuk sarana transportasi. Mahasiswa diharapkan mampu menciptakan berbagai teknologi yang melahirkan berbagai produk kendaraan ramah lingkungan (Green Transport). Dengan adanya mahasiswa-mahasiswa yang memiliki idealisme sama dapat membentuk komunitas-komunitas yang concern terhadap pentingnya kendaraan ramah lingkungan ini. Melalui komunitas tersebut dengan bekal ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dapat dilakukan riset-riset sederhana dengan memberikan alternatif-alternatif transportasi yang ramah lingkungan. Bahkan, dari tangan mahasiswa bisa lahir produk kendaraan yang ramah lingkungan tersebut.
Dengan demikian adalah hal yang memungkinkan sekali untuk diciptakan berbagai produk lainnya yang bisa jadi lebih ramah lingkungan. Dengan bekal idealisme yang telah ditanam kuat ketika masih berstatus sebagai mahasiswa terkait urgensi global warming ini ke depannya ketika telah menjadi ilmuwan akan diciptakan berbagai produk Green Transport yang selain memiliki teknologi maju, harganya pun dapat dijangkau khalayak ramai sehingga tidak perlu cemas lagi untuk meminimalisir adanya masalah-masalah akibat dari transportasi di negara Indonesia ini.
Oleh karena itu sebagai mahasiswa harusnya senantiasa menguatkan idealismenya. Khususnya terkait urgensi Green Transport di tengah global warming dalam era ini. Dan, yang lebih penting juga adalah kompeten terhadap bidangnya masing-masing sehingga kemudian mampu berkontribusi banyak atas masalah global yang dihadapi bersama ini. Transportasi masa depan diharapkan bukan hanya transportasi yang bertujuan untuk memindahkan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat, aman, dan nyaman saja. Akan tetapi dengan adanya transportasi yang lebih hijau, maka akan lebih peduli terhadap lingkungan.
Selain itu untuk mengefektifkan upaya pengendalian pencemaran udara, dan sebagai bahan acuan bagi individu, kelompok masyarakat, atau institusi terkait, maka dipandang perlu untuk menyusun kebijakan pengendalian pencemaran udara serta peraturan dan kebijakan teknis yang harus mengikutinya. Kebijakan pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak, diantaranya adalah:
(1)mendorong kebijakan energi dengan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan,
(2)menetapkan standar baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor disesuaikan dengan teknologi yang berkembang, serta peraturan lain yang terkait,
(3)meningkatkan penerapan manajemen transportasi yang berwawasan lingkungan,
(4)menumbuhkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam upaya pengendaliannya, dan
(5)meningkatkan program pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotor.
Tujuan dibuatnya kebijakan tersebut adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat (stakeholders) tentang faktor-faktor penyebab pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup secara umum, kesadaran terhadap program pemerintah berkaitan dengan upaya mewujudkan kualitas udara yang bersih melalui pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat akan perencanaan dan pengadaan sistem transportasi yang baik, dan sikap dan harapan terhadap sistem transportasi yang dapat malayani kepentingan umum. Persepsi masyarakat terhadap transportasi berkelanjutan, sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai bahan masukan bagi penyusunan kriteria dan indikator penilaian transportasi berkelanjutan di perkotaan, pemecahan berbagai permasalahan pokok sektor transportasi, seperti:
a.kemacetan lalu lintas yang disebabkan tingginya ketergantungan masyarakat kota terhadap kendaraan pribadi,
b.pemborosan bahan bakar,
c.penurunan kualitas udara dan kebisingan di kota-kota besar.
Untuk mengejar hingga taraf yang sama atau mendekati dengan negara-nagara maju memang sedikit mustahil, tapi dapat menumbuhkan kesadaran akan keterkaitan manusia dengan lingkungan dan alam adalah yang terpenting agar dapat menghindari tindakan - tindakan yang bersifat merusak dan mengeksploitasi alam.


DAFTAR PUSTAKA

Barter, P.A. dan T. Raad. 2000. Taking steps: a community action guide to peoplecentred, equitable and sustainable urban transport. Kuala Lumpur: The SUSTRAN Network.
Heriawan, Ari. 2009. Budaya Bersepeda di Negara Maju, Cermin Perilaku yang Ramah Lingkungan. Online : http://ksupointer.com/2009/budaya-bersepeda-di-negara-maju-cermin-perilaku-yang-ramah-lingkungan. Diakses pada tanggal 21 November 2010.

Anonymous. 2008. Pedoman Kriteria Transportasi Berkelanjutan, Asdep Emisi KLH. Online : http://langitbiru.menlh.go.id/index.php?module=detailpub&id=11. Diakses pada tanggal 20 November 2010.

Widiantono, Doni. 2009. Green Transport: Upaya Mewujudkan Transportasi yang Ramah Lingkungan. Online: http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/Topik%20Lain%20Green%20Transport%20edited%201.160509.pdf. Diakses pada tanggal 20 November 2010.

Anonymous. 2010. Mobil Hijau. Online: http://www.yohanessurya.com/download/penulis/Bermimpi_10.pdf. Diakses pada tanggal 20 November 2010.

Manajemen lalu lintas/Prinsip transportasi yang berkelanjutan. Wikibooks. Online: http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_lalu_lintas/Prinsip_transportasi_yang_berkelanjutan. Diakses pada tanggal 19 November 2010.

Manajemen lalu lintas/Transportasi hijau. Wikibooks. Online: http://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_lalu_lintas/Transportasi_hijau. Diakses pada tanggal 19 November 2010.

Deutsche Gesellschaft fur (GTZ). Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-Kota Berkembang : Kendaraan Berbahan Bakar Gas. Online: http://www.hubdat.web.id/spesial.../508-kendaraan-bahan-bakar-gas/download. Diakses pada tanggal 19 November 2010.

refreshing